Tuesday 29 October 2019

Komunikasi


(Picture by www.thebalance.com)

Hello mina , kenalkan nama ku bambang saputra tapi panggil aku ibam jangan panggil aku jokowi.

Nah itu tadi perkenalan ku sekaligus contoh komunikasi.

Dalam kesempatan ini aku mau bahas komunikasi... Karna kebetulan aku saat ini kuliah di kampus STISIPOL Candradimuka Palembang jurusan Ilmu Komunikasi , jadi seru membahas komunikasi dari kaca mata mahasiswa yang baru mulai belajar. Sekalian nyeselain tugas dari dosen ku Pak Azhari Harris, S.I.Kom, M.M di mata kuliah Penulisan Kreatif dalam tugas Free Writing. Semoga tulisan ini di sukai dosen ku dan dapat nilai A ya mina 😁 (aamiin) , tapi kalau beliau gak suka paling dapet B atau C. Tapi kayaknya gak mungkin ya.

Sssssttttt.... BTW... Dosen ku ini Ganteng loh dan kayaknya masih single , kalau soal kecerdasan sih (sudah ter-verification)
buat cewek yang lagi cari jodoh (Josei shinguru) silahkan hihihihhiihiii...


Oke lanjut...
So apa itu komunikasi? Mari kita bahas minasan.

"Komunikasi tuh hal sederhana yang sangat unik"

Kenapa unik karna adalah hal yang di lemparkan si komunikator (pemberi pesan) belum tentu sama dengan apa yang di tangkap oleh komunikan (penerima pesan) di karena kan banyak faktor (noise).

Misal jika saya melempar apel maka mina sebagai komunikan akan menerima/menangkap apel , atau jika saya mengirim bunga maka mina akan menerima bunga.

Tapi di komunikasi beda , jika saya melemparkan atau mengkomunikasikan misalnya suatu infomarsi belum tentu informasi itu sama dengan apa yang saya berikan itu di sebut disskomunikasi.

Itu lah kenapa ada Ilmu Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan Soasial sebagai penyempurna kehidupan sosial kita sehari-hari.

Jadi minasan , kita dapat berhati-hati dalam berkomunikasi baik itu secara private atau publik , misal saja kasus ahok kemarin. Kita bisa mengambil banyak pelajaran.
(Picture by www.tribunenews.com)

Berkaca dari apa yang di alami oleh pak ahok berbicara mengenai konten komunikasi publik yang irelevan dan kurang cermat.

Kata adalah senjata

Yah... Ungkapan ini cukup membuktikan apa yang terjadi. Kita menjadi saksi hidup ketuk palu menyebutkan pak ahok di hukum dua tahun penjara.

Minasan, saya adalah muslim dalam agama saya pun banyak mengingatkan tata cara berkomunikasi.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
Seseorang mati karena tersandung lidahnya
Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya
Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya
Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”


Komunikasi adalah ilmu yang dapat di pelajari , di kaji , di teliti dan dapat di pertanggung jawabkan.

Jadi minasan ,bagaimana menurutmu komunikasi?
Unik bukan

Jadi berhati-hatilah
Bisa saja kita berkata yang niat baik ,lalu di denger/di terima dengan maksud yang salah di mengerti oleh orang lain minasan.

Pepatah kuno mengatakan mulut mu harimau mu.
Entah apa maksudnya ; mulut kita adalah peliharaan ; mulut mu belang ; atau mungkin pepatah ini sedang menceramahi seekor harimau. Yang jelas , jika salah menggunakan mulut kita akan menyesal.

Bahkan ikan saja bisa selamat dari petaka jika bisa menjaga mulutnya. Berarti mulut ikan juga harimau ikan.

Mungkin segini dulu , next time kita bahas hal yang jauh lebih menarik.

Berikan pendapatmu tentang komunikasi pada kolom komentar di bawah

Arigatou gozaimasu..





Buat minasan yang hobi baca novel ,nih baca salah satu novel buatan ku di
https://www.wattpad.com/story/137292969-matahari-ku-sendiri

Atau klik >>>disini<<<

Pasti suka


Buat pak Dosen maaf ya... Terkesan main2 dan bercanda. But I think, like this is free writing. Only, i'm so sorry sir...

Thursday 26 September 2019

Apa itu Penyiaran (Broadcasting)?

Hasil gambar untuk broadcasting


Salah satu cabang dari ilmu komunikasi adalah penyiaran atau broadcasting. Sebetulnya penyiaran termasuk dalam kegiatan jurnalistik, makanya di beberapa perguruan tinggi, penyiaran (broadcasting) termasuk kedalam program studi jurnalistik. Namun ada juga yang memfokuskan penyiaran kedalam satu program studi. Kalau bicara broadcasting pasti yang terbayang adalah stasiun televisi atau radio, kan? Bener banget, program studi penyiaran (broadcasting) memang mempelajari tentang proses menciptakan dan mengemas suatu ide menjadi program untuk di produksi dan disiarkan pada khalayak lewat media massa. Jadi di program studi penyiaran ini kamu nggak cuma belajar tentang gimana tampil di depan layar kaca, tapi juga proses di balik layar kaca itu sendiri. Program studi ini membekali pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk mengkomunikasikan suatu karya cipta dan informasi kepada masyarakat luas yang dikemas dalam bentuk siaran. Penyiaran baik lokal, nasional, maupun internasional berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial dan juga menjalankan fungsi ekonomi, seni dan budaya.

Wednesday 25 September 2019

Analisa Semiotika (Analisis) - Bagian 3


Karakteristik pertama, linearitas penanda ( linear nature of the signifier ), berkaitan dengan dimensi kewaktuannya. Penanda-penanda kebahasaan harus diproduksi secara beruntun, satu demi satu, tidak mungkin secara sekaligus atau simultan. Artinya, penanda tersebut bersifat linier karena "pendengaran penanda memiliki perintah mereka hanya dimensi waktu." Ini "merupakan sejengkal, dan rentang yang dapat diukur dalam dimensi tunggal" - yaitu waktu. Saussure says that linguistic signs are by nature linear, because they represent a span in a single dimension. Auditory signifiers are linear, because they succeed each other or form a chain. Visual signifiers, in contrast, may be grouped simultaneously in several dimensions (tanda-tanda linguistik secara alami linear, karena mereka mewakili rentang dalam dimensi tunggal. Penanda pendengaran adalah linear, karena mereka berhasil satu sama lain atau membentuk rantai. Penanda visual, sebaliknya, dapat dikelompokkan secara bersamaan dalam beberapa dimensi).

Karakteristik kedua, kearbitreran tanda (the arbitrary nature of the signs), bersangkutan dengan relasi di antara penanda dan petanda yang “semena-mena” atau “tanpa alasan”—tak bermotivasi (unmotivated). Relasi di antara penanda dan petanda adalah semata-mata berdasarkan konvensi (Kris Budiman 2011, 66). Selanjutnya Seassure di kesempatan yang lain mengatakan bahwa bahasa lisan mencakup komunikasi konsep melalui suara-gambar dari pembicara ke pendengar. Bahasa adalah produk komunikasi pembicara dari tanda-tanda untuk pendengar. Tanda linguistik adalah kombinasi dari konsep dan suara-gambar. Konsepnya adalah apa yang ditandakan, dan suara-gambar penanda. Kombinasi signifier dan signified adalah sewenang-wenang, yaitu, suara apapun citra dibayangkan dapat digunakan untuk menandakan sebuah konsep tertentu. Namun, terkadang ada perubahan-perubahan dalam hubungan signifier dan signified dan perubahan tanda-tanda linguistik berasal dari perubahan kegiatan sosial. Tanda-tanda arbitrer disebut secara khusus oleh Pierce, sebagai simbol (symbol) (Kris Budiman 2011: 66). Oleh karena itu, dalam terminologi Pierce, bahasa dapat dikatakan juga sebagai sistem simbol lantaran tanda-tanda yang membentuknya bersifat arbitrer dan konvensional. Misalnya, Hewan yang menggonggong dikatakan anjing oleh orang Indonesia dan dog oleh Inggris. Masing-masing bangsa itu sungguh “semena-mena” dalam menamakan hewan yang menggonggong tadi. Di dalam tatanan budaya itu ‘bermacam area kehidupan sosial terlihat dipetakan ke dalam wilayah diskursif, wilayah itu secara hierarkis terorganisasi menjadi pemaknaan-pemaknaan yang dominan atau yang disukai’. Karena tatanan budaya itu tidak tunggal dan bukannya tidak dipersoalkan, maka pemaknaan yang disukai menjadi bisa dijamin. Tapi karena tatanan itu dominan, maka tatanan itu pastilah mendukung suatu keseimbangan probabilitas, sebab tatanan itu menguntungkan bagi beberapa pembacaan-pembacaan yang bersifat pribadi varian. Seperti contoh di atas jika kata anjing disepakati oleh masyarakat internasional untuk menamakan hewan menggonggong, maka akan kesulitan bagi mereka yang sulit mengucapkan kata anjing. Jadi ada kesewenang-wenangan dalam memaknai dan menamai tanda gonggong itu dimiliki oleh anjing bagi orang Indonesia, begitu juga di seluruh dunia yang tidak sama menamai hewan menggonggong. Tetapi “perspektif selektif” hampir tidak pernah secara seselektif, seacak, dan sepribadi apa yang dikatakan oleh konsepnya. Namun, dalam masalah peristilahan ini pula kemudian timbul kesengkarutan karena Saussure dan Pierce ternyata menggunakan satu istilah yang sama untuk menunjuk kepada konsep yang sama sekali bertolak-belakang. Menurut terminologi Pierce, simbol adalah tanda arbitrer, sementara Saussure sebaliknya, dan mengatakan bahwa simbol adalah tanda-tanda yang tidak sepenuhnya arbitrer. Kerancuan ini dapat menjadi pelajaran bagi siapa saja yang belajar semiotika agar senantiasa waspada dan tidak sembrono dengan terminologi dan konsep-konsep karena nyaris setiap pemikir dan “selebriti” semiotika menggunakan istilah yang sama atau hampir sama, namun pengertiannya bisa berbeda sama sekali. Akan tetapi terlepas dari kerancuan konseptual tersebut, boleh dikatakan bahwa hampir sepanjang riwayatnya linguistik dan semiotika terlampau menekankan pada konvensionalitas atau kearbitreran tanda sehingga kerap mengabaikan karakteristik tanda yang sebaliknya—seolah-olah bahasa tidak mungkin berkarakteristik ikonitas menurut Saussure yang menurut Pierce menaruh perhatiannya terhadap masalah ikonitas.

Begitu peliknya masalah yang dihadapi dalam artikulasi serat memaknai tanda-tanda menurut Saussure dan Pierce. Meskipun keduanya hidup bersamaan di zamannya, namun mereka tidak pernah saling kenal dan bertemu. Akan tetapi para murid-muridnya mencoba merangkum apa yang dimaksudkan oleh Saussure dengan linguistik dan Pierce mengatakan dengan nama lain dari semiotika adalah Logika atau permainan logika. Perkembangan yang semakin menunjukkan eksitensi tentang semiotika berkaitan dengan pemaknaan tanda. Kami akan mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan ikon dan ikonitas yang merupakan tanda-tanda non-atbitrer menurut Pierce.

Ikon dan Ikonisitas Bagi Pierce, ikon termasuk dalam tipologi tanda pada trikotomi kedua. Ikon merupakan sebutan bagi tanda yang non-arbitrer (bermotivasi). Menurut Pierce, Ikon adalah hubungan antara tanda dan objeknya atau acuan yang bersifat kemiripan (Sobur, 2004:41). Dia menyatakan bahwa ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan/similaritas dengan objeknya (Budiman, 2005:45). Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan (Nurgiyantoro, 1995:45). Ikon merupakan tanda yang didasarkan oleh adanya similaritas (similarity) atau “keserupaan” (resemblance) di antara kedua kolerat tersebut (Budiman 2011: 69). Jenis tanda yang didasari resemblance itu adalah tanda ikonis dan gejalanya dapat disebut sebagai ikonisitas. Ikonisitas merupakan salah satu gejala yang tidak kurang penting di dalam semiotika. Padahal, berbagai tanda ikonis berserakan di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: gambar wajah Dian Sastro tersenyum manja dengan bibir merah basah merekah sedikit terbuka dalam bungkus sabun, wajah Hitler pada kaos kita, atau gambar group band Peterpan dalam poster (ketiganya adalah ikon Images). Betapa terpolusinya kehidupan kita dengan tanda ikonis, tetapi kadang tidak terpikirkan. Di dalam bahasa, kita menemukan kata onomatope sebagai tanda ikonis, misalnya kata ku ku ru yuk yang mengacu pada objek suara yang diacunya, yaitu Ayam Jago. Selain itu, kata dangdut yang juga mengacu pada objek suara yang diacunya. suatu tanda, atau representamen, merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu bagi seseorang dalam beberapa hal atau kapasitas. Ia tertuju kepada seseorang, artinya di dalam benak orang itu tercipta suatu tanda lain yang ekuivalen, atau mungkin suatu tanda yang lebih terkembang. Tanda yang tercipta itu saya sebut sebagai interpretan dari tanda yang pertama. Tanda yang menggantikan sesuatu, yaitu objeknya, tidak dalam segala hal, melainkan dalam rujukannya pada sejumput gagasan, yang kadang saya sebut sebagai latar dari representamen (Budiman, 2011: 73). Pierce, menyusun tipe ikon secara triparit. Yang mana karakteritik arbitrer dan konvesional itu hanya terdapat pada salah satu sub-tipe tanda yang dinamakannya sebagai simbol  (Budiman, 2011: 69). Tipe-tipe ikon itu misalnya, ikon image, ikon diagram, dan ikon metaforis. Ikon metafora (metaphor) merupakan suatu meta-tanda (metasign) yang ikonisitasnya berdasarkan pada kemiripan atau similaritas di antara objek-objek dari dua tanda simbolis. Biasanya berupa hubungan similaritas relasi abstrak seperti kemiripan sifat. Contoh ikon metafora : Metafora “Kaki Gunung” dapat dihasilkan dengan mempersamakan objek yang berupa gunung dengan objek lain yang berupa tubuh manusia (atau hewan) yang memilih kaki. Kemiripannya, sama-sama berada di bawah dan berfungsi untuk menopang tubuh atau gunung.

Tuesday 24 September 2019

Analisa Semiotika (Analisis) - Bagian 2


Sedangkan menurut John A. Walker semiotika adalah “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Definisi tersebut menjelaskan relasi yang tidak dapat dipisahkan antara sistem tanda dan penerapannya di dalam masyarakat. Oleh karena tanda itu selalu ditempa di dalam kehidupan sosial dan budaya, maka jelas keberadaan semiotika sangat sentral di dalam cultural studies. Tanda tidak berada di ruang kosong, tetapi hanya bisa eksis bila ada komunitas bahasa yang menggunakannya. Budaya, dalam hal ini, dapat dilihat sebagai bangunan yang dibangun oleh kombinasi tanda-tanda, berdasarkan aturan tertentu (code), untuk menghasilkan makna.

Tanda di dalam fenomena kebudayaan mempunyai cakupan yang sangat luas, di mana selama unsur-unsur kebudayaan mengandung di dalam dirinya makna tertentu, maka ia adalah sebuah tanda, dan dapat menjadi objek kajian semiotik. Apakah itu pola tingkah laku seseorang, pola pergaulan, penggunaan tubuh, pengorganisasian ruang, pengaturan makanan, cara berpakaian, pola berbelanja, hasil ekspresi seni, cara berkendaraan, bentuk permainan dan objek-objek produksi, semuanya dianggap sebagai tanda dan produk bahasa ( John A. Walker 2010: xxii ).


Menurut kami, lebih plural tentang arti tanda dari John A. Walker, karena mengisyaratkan tentang respon dari indra seseorang yang ditimpa stimulus apapun bisa berarti sebuah tanda. Bahkan hal terkecilpun memiliki potensi besar berupa makna. Namun, keragaman makna di sini berlaku ketika adanya sebuah komunitas bahasa yang menyetujui tentang berbagai tanda yang disepakati dan mempunyai legitimasi aturan-aturan tentang pemaknaan tersebut. Begitu juga sebaliknya ada kekuatan personal orang yang mampu memaknai berbagai tanda, akan tetapi orang lain tidak mampu bahkan tidak menyetujui akan makna dari perseorangan tersebut, itu tidak berlaku dalam sebuah analisa dan tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan luas.

Maka dari itu sebuah tanda tertentu yang dapat memberikan makna harus diteliti dan dibuktikan dalam sebuah praktek meskipun artikulasi itu tidak nampak atau tidak riil wujudnya. Dari interpreter ke interpreter selanjutnya harus jelas dalam memaknai, sehingga dengan sendirinya makna-makna yang akan membudaya secara automatic menyatu dalam sebuah wadah budaya dan disepakati. Contohnya adalah kultur barat yang dahulu merayap menggunduli budaya luhur dan saat ini menggunduli dirinya sendiri dan idealisme budaya Indonesia digantikan dengan budaya Kapitalisme. Tanpa terasa luka itu bertambah parah menggerogoti kesejahteraan rakyat hidup dengan layak. Ini semua berawal dari tanda yang dimaknai dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya menjadi budaya baru yang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang disebut modern. Cara-cara berpakaian, konsumerisme, cara berpikir liberal tak bermoral, dan lain sebagainya bisa dinamakan tanda-tanda budaya barat yang dimaknai modern oleh masyarakat Indonesia.

Karena pengertian semiotika adalah sistem tanda yang berelasi dalam pemaknaan, maka yang pertama akan kami bahas adalah karakteristik tanda ( Arbitrer ). Karakteristik Tanda ( Arbitrer )

Bahasa, dalam perspektif semiotika ( 2011: 66 ), hanyalah salah satu sistem tanda-tanda (system of signs). Dalam wujudnya sebagai suatu sistem, pertama-tama, bahasa adalah sebuah institusi sosial otonom, yang keberadaannya terlepas dari individu-individu pemakainya. Bahasa merupakan seperangkat konvensi sistematis, produk dari kontrak kolektif, yang bersifat memaksa. Saussere ( dalam Kris Budiman 2011: 66 ) menyebutnya sebagai lengue. Kedua, bahasa tersusun dari tanda-tanda, yakni entitas fisik, yang di dalam bahasa lisan berupa citra-bunyi (sound image), yang berelasi dengan konsep tertentu. Selanjutnya, Saussere menamakan entitas material-sensoris ini sebagai penanda (signifier atau signifiant) dan konsep yang berkait dengannya sebagai petanda (signified atau signifie). Masih menurut Saussure, tanda-tanda, khususnya tanda-tanda kebahasaan, setidak-tidaknya memiliki dua buah karakteristik primordial, yakni bersifat linear dan arbitrer.

Monday 23 September 2019

Ilmu Komunikasi Jurusan yang Paling Strategis

Ilmu Komunikasi Itu Jurusan yang Paling Strategis

Satu kata untuk kursus ini: Strategis! Mengapa? Pertama, karena departemen ini belajar tentang kegiatan yang harus selalu ada dalam kehidupan manusia. Yak, komunikasi! Bahkan makhluk hidup lain juga berkomunikasi bahkan dengan cara dan bahasa yang berbeda dari manusia. Yah, komunikasi juga merupakan salah satu cara manusia bertahan hidup.

Oleh karena itu, salah satu aksioma atau fakta yang tidak dapat disangkal dalam ilmu komunikasi adalah "kita tidak dapat berkomunikasi" (kita tidak dapat berkomunikasi).

Komunikasi adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat menyampaikan makna pesan yang ada pada dirinya sendiri kepada pihak lain dengan suatu tujuan. Oleh karena itu, semua orang harus berkomunikasi! Entah itu untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial atau bahkan hanya untuk berbicara kepada diri sendiri (komunikasi intrapersonal).

Kedua, mengapa ilmu komunikasi merupakan ilmu strategis? Karena ilmu komunikasi selain melibatkan manusia sebagai aktor utama dalam kegiatan mereka, juga berurusan dengan media. Media menjadi sarana komunikasi yang tidak ada kematian. Karena media akan terus berkembang untuk menemani era bergulir. Apalagi sekarang, di era digital, media komunikasi begitu beragam jenis dan bentuknya.

Media komunikasi bahkan dapat dianggap sebagai salah satu kebutuhan utama masyarakat abad ini. Itu sebabnya, ilmu komunikasi menjadi ilmu strategis. Apa yang dipelajari dan dipelajari adalah hal-hal yang akan terus berlanjut sepanjang hidup manusia.

Ketika saya pertama kali memasuki departemen komunikasi, ada beberapa pandangan dan wafel dari sini dan di sana yang saya dapatkan bersama. Ada dua hal yang paling berkesan, yaitu:

1. Mengapa kita belajar ilmu komunikasi, orang kita sehari-hari juga berkomunikasi?

2. Anda adalah anak dari ilmu komunikasi? Yah, pandai berbicara! Wow, pintar nge-lobby dong! Yah, baiklah, nego dong! Wah, wah, dan wah lainnya terkait dengan keterampilan berbicara lisan.

Menanggapi komentar-komentar itu

Komentar pertama, pada awalnya saya merasa agak sedih dan 'menganggap sebelah mata' tentang departemen yang telah saya pilih. Untuk komentar kedua, saya juga merasa sedih, karena saya secara pribadi sadar bahwa saya adalah seorang introvert. Jauh dari keterikatan dengan jalan. Sementara orang berpikir bahwa setiap komunikasi anak adalah anak yang keren dan baik dalam hal pengolahan lisan. Saya merasa terpental dari kualifikasi yang diharapkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan anak-anak.

Seiring waktu, setelah mengarungi ilmu komunikasi selama hampir setahun, meski tidak begitu banyak yang saya tahu. Mungkin saya bisa mengatakan bahwa saya hanya melihat dan memahami permukaan saja. Tapi, setidaknya saya mendapat jawaban untuk dua komentar yang saya ceritakan sebelumnya.

Jawaban atas komentar pertama dan kedua sebenarnya dapat disamakan dan dijawab bersama. Kami setiap hari memiliki praktik komunikasi otodidak dan berkelanjutan, tetapi dengan mempelajari ilmu komunikasi, kita bisa lebih sensitif dan memahami aspek-aspek yang membangun komunikasi. Komunikasi jika ditafsirkan sekilas, mungkin hanya kegiatan berbicara atau mengeluarkan kata-kata melalui mulut. Itu dia. Bahkan, ucapan melalui tulisan atau gerakan tubuh, atau bahkan diam dapat dianggap sebagai aktivitas komunikasi!

Ketika berkomunikasi, itu bukan hanya tentang kata-kata apa yang kita katakan, tetapi lebih dalam, tentang mengapa seseorang dapat mengatakan sesuatu seperti ini, mengapa seseorang memiliki gaya komunikasi yang cepat tetapi ada pula yang lambat (terkait dengan psikologi komunikasi), bagaimana komunikasi dapat menciptakan pola dan bahkan budaya dalam masyarakat (dibahas dalam komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa), bagaimana acara televisi dapat mempengaruhi pikiran, kekerasan simbolik dalam iklan dan program televisi (dibahas dalam komunikasi dan teori komunikasi massa). Dan banyaaakkk lagi hal-hal tersembunyi yang ternyata menarik dan perlu dipahami terkait komunikasi. Jadi, belajar ilmu komunikasi itu penting dan mengasyikkan!

Nah terus, menanggapi komentar kedua tentang komunikasi anak yang baik berbicara, memang benar neraka, yang namanya komunikasi anak-anak dituntut untuk percaya diri dan berani bicara. Dan saya menyadari bahwa saya juga harus banyak berlatih untuk ini. Tapi, yang ingin saya luruskan adalah bahwa komunikasi tidak sesempit hanya berbicara, berbicara, dan berbicara. Saya agak bingung, mengapa pandangan seperti itu banyak dikembangkan di masyarakat.

Sejauh ini, hasil kesimpulan saya sendiri, mungkin karena aliran ilmu komunikasi tertua adalah retorika yang sama dari berbicara di depan umum.

Catatan sejarah, retorika/public speaking sudah ada sejak zaman kehidupan Aristoteles. Retorika adalah studi tentang seni berbicara dan bagaimana membujuk orang lain tentang apa yang kita katakan. Yah, jadi mungkin itu sebabnya komunikasi lebih dikenal sebagai 'bicara dan lisan' itu.

Jawaban atas komentar pertama dan kedua sebenarnya dapat disamakan dan dijawab bersama. Kami setiap hari memiliki praktik komunikasi otodidak dan berkelanjutan, tetapi dengan mempelajari ilmu komunikasi, kita bisa lebih sensitif dan memahami aspek-aspek yang membangun komunikasi. Komunikasi jika ditafsirkan sekilas, mungkin hanya kegiatan berbicara atau mengeluarkan kata-kata melalui mulut. Itu dia. Bahkan, ucapan melalui tulisan atau gerakan tubuh, atau bahkan diam dapat dianggap sebagai aktivitas komunikasi!

Ketika berkomunikasi, itu bukan hanya tentang kata-kata apa yang kita katakan, tetapi lebih dalam, tentang mengapa seseorang dapat mengatakan sesuatu seperti ini, mengapa seseorang memiliki gaya komunikasi yang cepat tetapi ada pula yang lambat (terkait dengan psikologi komunikasi), bagaimana komunikasi dapat menciptakan pola dan bahkan budaya dalam masyarakat (dibahas dalam komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa), bagaimana acara televisi dapat mempengaruhi pikiran, kekerasan simbolik dalam iklan dan program televisi (dibahas dalam komunikasi dan teori komunikasi massa). Dan banyaaakkk lagi hal-hal tersembunyi yang ternyata menarik dan perlu dipahami terkait komunikasi. Jadi, belajar ilmu komunikasi itu penting dan mengasyikkan!

Nah terus, menanggapi komentar kedua tentang komunikasi anak yang baik berbicara, memang benar neraka, yang namanya komunikasi anak-anak dituntut untuk percaya diri dan berani bicara. Dan saya menyadari bahwa saya juga harus banyak berlatih untuk ini. Tapi, yang ingin saya luruskan adalah bahwa komunikasi tidak sesempit hanya berbicara, berbicara, dan berbicara. Saya agak bingung, mengapa pandangan seperti itu banyak dikembangkan di masyarakat.

Sejauh ini, hasil kesimpulan saya sendiri, mungkin karena aliran ilmu komunikasi tertua adalah retorika yang sama dari berbicara di depan umum.

Catatan sejarah, retorika/public speaking sudah ada sejak zaman kehidupan Aristoteles. Retorika adalah studi tentang seni berbicara dan bagaimana membujuk orang lain tentang apa yang kita katakan. Yah, jadi mungkin itu sebabnya komunikasi lebih dikenal sebagai 'bicara dan lisan' itu.

Inilah 10 Pekerjaan yang Cocok untuk Lulusan Ilmu Komunikasi

Kamu mahasiswa ilmu komunikasi yang bingung mau kerja apa? Atau baru mau daftar jadi mahasiswa komunikasi tapi bingung akan jadi apa? Jurusan ilmu komunikasi punya peluang kerja yang sangat luas, lho. Berikut beberapa pekerjaan untuk lulusan ilmu komunikasi yang bisa kamu jadikan pilihan berkarier.
share image

Jurnalis


Banyak lulusan bergelar S.I.Kom yang tertarik untuk terjun ke dunia jurnalistik. Kamu salah satunya? Jangan ragu untuk mencoba profesi ini, Sobat. Bekal pengetahuan mengenai teknik cara menulis berita atau artikel di media massa membuat kamu lebih siap untuk bekerja baik sebagai wartawan, redaktur, maupun reporter.

Periklanan

Bekerja di bidang periklanan akan sangat cocok untuk kamu yang punya banyak ide-ide kreatif. Ide dan kemampuan komunikasi kamu akan sangat bermanfaat untuk merancang konsep iklan yang unik dan menarik. Di dunia periklanan sendiri ada banyak profesi yang bisa ditekuni dengan gelar sarjana komunikasimu. Beberapa diantarnya adalah project leader advertising, copywriter, media planner, dan masih banyak lagi.

Public Relation

Punya kemampuan berpikir kreatif, pandai mencari solusi, dan caramu menyampaikan sesuatu cukup persuasif? Menjadi staf public relation bisa kamu coba, nih. Semua keahlian kamu tadi akan sangat dibutuhkan untuk menjalankan tugas seorang public relation, yaitu membangun reputasi baik perusahaan di tengah masyarakat.

Event Organizer

Keahlian berhubungan dengan banyak orang yang kamu miliki akan sangat dibutuhkan dalam profesi satu ini. Sebagai bagian dari Event Organizer atau EO, kamu harus berhubungan dengan berbagai macam orang mulai dari rekan kerja, klien, vendor, bahkan orang yang hadir dalam acara tersebut. Kamu pun bisa mengerjakan berbagai jenis acara seperti pesta pernikahan, ulang tahun, dan konser musik.

Presenter

Sampai sekarang profesi ini masih banyak diminati oleh para pencari kerja terutama lulusan ilmu komunikasi. Dengan ilmu broadcasting yang didapatkan semasa kuliah, kamu sudah setahap lebih unggul nih untuk jadi presenter. Di profesi ini kamu bertugas menyampaikan informasi kepada publik secara netral. Selain dari studi broadcasting, kamu yang menekuni studi jurnalistik juga sangat cocok untuk menjalani profesi ini.

Penyiar Radio

Nah, kalau profesi yang satu ini akan sangat cocok untuk kamu yang suka berbicara tapi suka bekerja di balik layar. Tugas seorang penyiar radio sama dengan para presenter, yaitu menyampaikan berita secara netral dan menarik. Bedanya, sebagai penyiar radio kamu harus lebih pandai berbicara agar para pendengar bisa menangkap informasi hanya dari suara dan nada bicaramu saja.

Market Research Analyst

Sebagai seorang market research analyst, kamu akan bertugas untuk merancang sarana seperti kuisioner, polling dan survey untuk mengukur efektivitas produk perusahaan di pasaran. Untuk bisa melakukan analisa secara mendalam, market research analyst harus memiliki keahlian komunikasi dan analisis data yang baik. Sangat sesuai untuk kamu yang memang dilatih untuk memiliki kemampuan berkomunikasi lebih.

Photographer & Cameraman

Pernah dapat mata kuliah mengenai teknik fotografi atau terlibat dalam news production? Menjadi seorang photographer atau cameraman di stasiun televisi bisa jadi pilihan profesi yang tepat. Manfaatkan keahlian mengambil gambar yang unik dan menarik dan jadi photographer handal.

Marketing Communication (marcom)


Marketing communication akan jadi pekerjaan yang cocok untuk lulusan ilmu komunikasi yang mengambil fokus studi bisnis. Sebagai bagian dari marketing communication, kamu akan dituntut untuk merancang strategi pemasaran yang efektif dan menarik bagi perusahaan. Sangat sesuai dengan apa yang telah kamu pelajari, kan?

Pengusaha


Ingin buka usaha sendiri? Jangan ragu untuk mencobanya. Sudah banyak lulusan ilmu komunikasi yang menjadi seorang pengusaha, lho. Ilmu komunikasi yang telah kamu pelajari, bisa kamu praktikkan dalam berbisnis secara mandiri. Bekal pengetahuanmu akan sangat berguna untuk menjalin relasi bisnis dan membangun networking yang luas.

Dari pilihan pekerjaan untuk lulusan ilmu komunikasi di atas, yang mana pekerjaan impianmu? Apapun pekerjaan yang kamu pilih setelah mendapatkan gelar S.I.Kom, kamu harus mulai mempersiapkan diri dari sekarang. Yuk, siapkan dirimu untuk jadi lulusan ilmu komunikasi yang sukses!

Alasan Memilih Jurusan Ilmu Komunikasi

Bagi Kamu yang sebentar lagi lulus Sekolah Menengah Atas(SMA) atau sederajat, tentunya masa ini bisa menjadi masa yang bisa membuat dilema. Kamu akan mulai bingung untuk memutuskan, mau kuliah atau kerja, mau kuliah tapi ambil jurusan apa dan dilema lainnya. Tidak perlu cemas, ada jurusan ilmu Komunikasi yang bisa dipilih. Lebih dari itu banyak alasan memilih jurusan ilmu Komunikasi yang patut untuk dipertimbangkan. Yuk simak 10 alasan memilih jurusan ilmu Komunikasi berikut ini:
share image
1. Komunikasi Itu Penting Dipelajari
Dalam kehidupan sehari-hari proses Komunikasi sangatlah penting, entah itu Komunikasi secara langsung ataupun melalui media. Mempelajari ilmu Komunikasi akan memberikan kita pengetahuan tentang proses berKomunikasi secara benar, entah itu dari memeberi pesan menerima pesan dan lain sebagainya.
2. Ilmu Komunikasi Adalah Ilmu Sepanjang Masa
Sampai kapan pun ilmu Komunikasi akan tetap memiliki ke istimewaan tersendiri, karena proses Komunikasi selalu dibutuhkan siapapun dan kapanpun.
3. Banyak Ilmu Yang Berakar Dari Ilmu Komunikasi
Banyak ilmu yang berakar dari ilmu Komunikasi, diantaranya; ilmu jurnalistik, ilmu broadcasting, public relation dan sebagainya.
4. Hanya Di Jurusan Ilmu Komunikasi Kamu Bisa Belajar Menulis, Berbicara, Dan Mendengar Dengan Super Baik
Di jurusan ini mengajarkan tentang bagaimana teknik menulis 5W+1H dengan benar. Selain itu di jurusan ini juga mengajarkan tentang cara berbicara dengan baik.
Entah itu bagaimana cara berbicara di hadapan publik dengan efektif atau teknik public speaking. Karena ini jurusan Komunikasi kalian akan mempelajari berbagai jenis bentuk Komunikasi, paket komplit bukan?
5. Ilmu Komunikasi Selalu Punya Kaitan Dengan Media
Kalau Kamu adalah seorang yang bercita-cita untuk masuk ke media seperti contohnya, televisi, radio, koran. Lewat jurusan Komunikasi ini kalian akan mendapatkan bekal yang kuat untuk bisa melangkang menggapai cita-cita kalian untuk terjun ke media massa.
6. Di Jurusan Ilmu Komunikasi Kalian Bakal Jadi Pinter Beretorika
Jurusan ilmu Komunikasi adalah jurusan yang mengajarkan cara beretorika dengan baik dan benar. Kalau Kamu ingin pandai beretorika, jurusan ilmu Komunikasi merupakan jurusan yang tepat buat Kamu.
7. Mahasiswa Komunikasi Itu Mahasiswa Yang Open Minded
Pada dasarnya mahasiswa Komunikasi itu mahasiswa yang dan memebentuk relasi satu sama lain. Dari proses Komunikasi yang inilah kita dapat memahami makasud orang lain dan begitu juga sebaliknya.
8. Mahasiswa Komunikasi Adalah Mahasiswa Yang Selalu Up To Date
Menjadi mahasiswa Komunikasi tentunya dunia kita selalu berhubungan dengan media, entah itu media massa, ataupun media sosial. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa Komunikasi menjadi selalu up to date.
9. Ilmu Komunikasi Memiliki Prospek Kerja Yang Cukup Menjajikan
Cabang ilmu yang dimiliki ilmu Komunikasi adalah public relation, jurnalistik, audio visual dll. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah jenis pekerjaan yang di era milenial selalu dibutuhkan oleh lembaga, instansi, production house dan sebagainya.
10. Jurusan Ilmu Komunikasi Selalu Jadi Favorit Di Banyak Kampus
Jurusan ilmu Komunikasi di banyak kampus-kampus besar selalu menjadi jurusan favorit. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang masuk di jurusan ilmu Komunikasi.
Itulah 10 alasan memilih jurusan ilmu Komunikasi yang perlu Kamu pertimbangkan ketika masih ragu apakah harus memilih jurusan ini atau tidak. Berdiskusilah dengan orang tua jika sekiranya masih bingung perihal memilih jurusan kuliah ini.